Oleh : Riyan N.H.
Demikianlah kiranya ia, engkau duhai hati
Diam-diam menangkup pikuk di dini hari
Bahwa diantara buih gincu di pelipis kiri
Sajaknya yang kanan tak henti menanti
Demikianlah kiranya ia, engkau duhai hati
Diam-diam menangkup pikuk di dini hari
Bahwa diantara buih gincu di pelipis kiri
Sajaknya yang kanan tak henti menanti
Daun
pintu itu masih sama
Darinya ia yang seirama
Membubuhi sunyi di sekelebat lelah
Kisah cinta di pematang sawah
Darinya ia yang seirama
Membubuhi sunyi di sekelebat lelah
Kisah cinta di pematang sawah
Duhai
hati, degup melirik sebelahnya
Setelah menuai rerintih kiranya
Sepenggal aksara menjelma angkara
Terbungkam figur memantra jiwa
Setelah menuai rerintih kiranya
Sepenggal aksara menjelma angkara
Terbungkam figur memantra jiwa
Reda-reda
pujangga melindap sudah
Penyair kehilangan kata;setelahnya
Ia buta dan menulikan jidat
dan, kilauan kerlap mengerlap;seketika.
Penyair kehilangan kata;setelahnya
Ia buta dan menulikan jidat
dan, kilauan kerlap mengerlap;seketika.
Agor,
160316
Sumber : Si Ponsel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar