Social Media Sharing by CB Bloggerz


a
a
a
a

Recent Posts
recent

Lezatnya Tajin Palappa

Oleh : Moh. Imron
LEZATNYA TAJIN PALAPPA


Aku terbangun di pagi yang masih gelap gulita. Banyak suara ayam berkokok di sana dan di sini yang tedengar nyaring ke kamar tidurku. Maklumlah, kebanyakan masyarakat disini banyak yang memelihara ayam, termasuk juga saudaraku. Terlintas dalam pikiran mungkinkah kokok ayam-ayam itu artinya “Ucapan rasa sukur”, kalau dengan bahasa fabelnya “Kukuruyukk” diiringi kepak sayapnya. Entahlah, apa yang mereka ucapkan, yang pasti mereka istiqomah terbangun setiap pagi.

Azan subuh sudah berkumandang, segera kubergegas, menerobos dinginnya cuaca.

“Brrr.....” mulutku mengeluh kedinginan, sambil menuju sumur di belakang rumahku.

Segera kubergegas menuju masjid untuk menunaikan ibadah sholat subuh berjamaah. Tak butuh waktu lama, karena jarak masjid sekitar 200 meter dari rumahku.

Sebelum matahari terbangun, bintang pun mulai menghilang. Aku pun beranjak untuk berolahraga, ini merupakan kebiasaaku saat hari Minggu tiba, berlari kecil menyusuri jalan di desa. Berlari tanpa alas kaki, merupakan hal yang lumrah untuk anak-anak di sini. Aku memulai dengan berjalan kaki menuju ke arah barat jalan raya.

Dengan bermacam-macam suara kicau burung di pepohonan mangga, ditambah dengan udara yang dingin, aroma yang khas di suasana pagi. Inilah desa yang merupakan surga bagiku dengan kekayaan alamnya. Orang menyebutnya desa Sekar Putih yang terletak di sebelah utara, 8 km dari arah kota.

Aku segera melangkahkan kaki dengan cepat, aku berlari tidak terlalu jauh, biasanya setelah sampai di pasar bukkol yang terletak di persimpangan pertigaan desa Trebungan yang menuju ke jalan Mangaran.

 “Arif... Arif...  tunggu sebentar,” terdengar suara dari belakangku. Segera hentikan langkahku. Tampak Ridwan sedang menyusulku. Aku pun berlari bersama Ridwan.

Keringatku bercucuran, segera aku istirahat di persimpangan jalan ini. Tempat ini ramai sekali. Terlihat banyak ibu-ibu berbelanja untuk kebutuhan pokoknya.

“Yuk kita pulang,” kata Ridwan.
“Ayo.”

Aku pun bergegas pulang dengan santai dengan berbagai obrolan bersama Ridwan.

Tidak terasa kini aku hampir tiba di rumah, sedangkan Ridwan sudah sampai di rumahnya terlebih  dahulu. 100 meter  sebelum sampai di rumahku, aku mampir di sebuah warung untuk megisi perut yang kosong. Warung yang sangat kecil sederhana, sedangkan atap menggunakan daun pohon kelapa yang dianyam. Di sinilah buk Titi berjualan bubur yang diberi bumbu rujak, biasa orang Situbondo menyebutnya Tajin palappa, dari hasil penjualan Tajin palappa, buk Titi bisa bertahan hidup semenjak mendiang suaminya pak Nian meninggal. Pembeli pun mulai ramai, kalau di pantau setiap hari, kebanyakan pelanggannya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang ingin melakukan aktivitasnya, bahkan ada juga anak-anak yang hendak pergi ke sekolah.

Aku mengambil tempat duduk di lencak yang panjang itu. Terlihat nenek sedang berdiri menunggu pelayanan dari buk Titi, namanya Misyati bersama cucunya dengan membawa mangkok sendiri. Di sebelahnya juga ada wanita separuh baya,namanya Maimuna. Sedangkan di sampingkuada pak Karto yang merupakan bapak dari salah satu sahabatku di desa ini. Diseblahnya lagi ada pak Yayan, rumahnya di sebelah selatannya masjid.

“Kriyuk...kriyuk” pak Yayan mengemil krupuk  terlebih dahulu, sambil menunggu antrian dari dua orang di depan tadi.

“Mau kemana pak? Sapaku
“Mau cari rumput nak,” jawab pak Yayan yang berkumis tebal.
“Kamu dari mana?”
“Habis olahraga pak,” jawabku singkat.

Hidangan selanjutnya tentu saja untuk pak Karto dan Pak Yayan karena mereka lebih dahulu datang dibandingkan aku.

“Mari nak,” sambil menyantap tajin palappadengan lahap
“Ia pak,” jawabku singkat.

Kini tinggal giliranku. Perutku berbunyi, sudah tak sabar ingin menyantap tajin buatan buk Titi.

“Mau dikasih cabe berapa nak?” Tanya bukTiti sambil menoleh kepadaku.
“ Lima buk!” aku  mendekat ke samping  bukTiti. Aku mengambil krupuk yang berwarna biru, merah, putih. Orang di sini menyebutnya krupuk gemplang.

Segera buk Titi beraksi mengeluarkan resep terbaiknya, mengambil sedikit petis di atas cobek, menambah kacang yang sudah digoreng, menambah sedikit garam, vetsin, lalu menyirami dengan cuka. Mulutku berkecap-kecap sudah tidak sabar lagi. Dirasa resep sudah lengkap buk Titi segera menggoyangkan tangannya menghaluskan aneka bumbu pilihannya, lalu menambah sedikit air. Buk Titi mencicipi bumbunya, sepertinya bumbunya ada yang kurang, lalu buk Titi menambah sedikit petis dan selesai sudah proses pembuatan palappa(bumbu).

“Banyaknya cukup nak?” kata buk Titi memperlihatkan tajin  padaku
“Cukup buk,” jawabku singkat.

BukTiti menambah sayur kangkung,  yang dihias di atas tajin sebelum diberi palappa.

“Tambah dua hongkong lagi buk” pintaku.

Buk Titi memotong hongkok tadi dengan kecil-kecil kemudian disatukan dengan sayuran, lalu menyirami dengan palappa yang sudah dibuat. Satu porsi tajin palappa sudah siap saji,diterima satu piring tajin palappa dengan kedua tanganku. Lalu duduk dengan bersila.

Kusobek plastik yang berisi krupuk, kusendok tajin palappadengan perlahan.

“Emm... “Enak sekali rasanya,” gumanku dalam hati.

Aku melahap dengan kelezatanyang sangat luar biasa. Pantas saja jika buk Titi mempunyai banyak pelanggan karena tajin palappanya benar-benar enak.bisik dalam hatiku.

Habis sudah, perut mulai membuncit, pertanda sudah kenyang. Pelanggan-pelanggan baru terus datang meramaikan tempat ini.

“Berapa semuanya buk?
Tiga ribu lima ratus nak,” jawab bukTiti yang tengah sibuk melayani pelanggannya.

Segera kubayar uang selembar lima ribuan.

Warung ini merupakan tempat favoritku, setiap hari Minggu aku tak pernah absen untuk sarapan tajin palappa, selain enak, harga pun sangat murah. Dipikir-pikir, kira-kira bukTiti mendapat untung berapa dengan harga tajin semurah itu? Entahlah aku tak pernah menganalisanya, yang saya tahu sejak SD hingga kuliah, buk Titi tidak pernah pindah pekerjaan, dia tetap setia menjual tajin palappauntuk memnuhi kebutuhan hidupnya

“Terima kasih, ini kembaliannya nak!”  Buk Titi memberikan selembar ribuan dan  recehan lima ratus rupiah.

Tajin palappa merupakan makanan yang sangat murah dan sederhana. Tidak perlu banyak lauk pauk, cukup dengan sayur kangkung, bumbu rujak, krupuk, lebih sempurna lagi ditambah dengan hongkong. Tajin palappa sangat mudah ditemui, karena disetiap desa dikabupaten Situbondo terdapat penjual tajin palappa.

THE END



Redaksi

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.