Oleh : Kiswatul Lathifah
Sayang, hitunglah bulan demi bulan
Singgah rindu di daun basah
Singgah mimpi di tanah kering
Singgah doa di reruntuhan
Singgah rindu di daun basah
Singgah mimpi di tanah kering
Singgah doa di reruntuhan
Barangkali tahun demi tahun
Darahku sampai kuning
Air mataku menjelma batu
Bumi belum juga hilangkan bekas api
Darahku sampai kuning
Air mataku menjelma batu
Bumi belum juga hilangkan bekas api
Hati mirip ledakan itu
Tiap napas berdentang keras
Mereka berlarian di tempat yang sama
Hendak keluar? Kami bisa apa?
Tiap napas berdentang keras
Mereka berlarian di tempat yang sama
Hendak keluar? Kami bisa apa?
Pada "Satu" doa terpasung
Akan rumput yang hijau
Hujan yang damai
Matahari yang tersenyum
Hingga membangun kembali puing-puing
Pada "Satu" mereka yakin
Jutaan kecipak bibir bergetar
Berdoa untuk kesudahan
Kesudahan kobar ini
Akan rumput yang hijau
Hujan yang damai
Matahari yang tersenyum
Hingga membangun kembali puing-puing
Pada "Satu" mereka yakin
Jutaan kecipak bibir bergetar
Berdoa untuk kesudahan
Kesudahan kobar ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar