Social Media Sharing by CB Bloggerz


a
a
a
a

Recent Posts
recent

Ujung Timur (Oosthoek), Pelabuhan Panaroekan

Oleh : Arif Rahman Hakim

Tiang penyangganya tersisa enam buah di gudang sebelah utara. Kulit dinding gudang banyak yang lapuk dan mengelupas. Atapnya tak berbekas. Sisa lantai beton masih kokoh, tapi sayang sudah dilubangi warga untuk ditanami pohon kelapa dan pisang.

Rel kereta barang dari Stasiun Panarukan ke gudang, sekarang tak berbekas karena rumah-rumah permanen milik warga. Padahal status tanah di area pelabuhan ini adalah hak pakai. Lalu ke bagian belakang gudang, kandang kambing milik warga berjejer rapi disana.

Tak ayal jika pelabuhan besar ini tak mendunia lagi. Padahal  pada zaman Majapahit, Hayam Wuruk menjadikan Panarukan sebagai pelabuhan perdagangan penting di ujung timur Jawa selain Ujung Galuh.

Kini, satu dari tiga gudang penyimpanan tembakau itu disulap menjadi tempat penyimpanan plastik bekas. Kemudian tiga gudang penyimpanan gula dan kopi di selatan dibongkar sampai rata. Tersisa hanya lantai betonnya saja.

Tumpukan sampah dan kotoran kambing berserakan di lantai beton gudang sebelah selatan. Tak terasa, sudah 125 tahun  Maactschappij Panaroekan berdiri. George Birnie, seorang pengusaha (ondermer) perkebunan terkemuka di kawasan besuki yang membangunnya, akan mengelus dada saat berjalan di atas bumi Panaroekan.



Bekas tiang gudang tembakau #situbondokreatif

Masa Silam

Perahu-perahu nelayan membisu saat senja sedang merah-merahnya. Tumpukan kayu hasil bongkar-muat kapal tersusun rapi di sebelah utara menara suar yang dibangun tahun 1883.

Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels mencatat, pada 1859 pelabuhan itu dibuka untuk perdagangan umum, tetapi karena akibat longsor kemudian ditarik kembali dan tak pernah diperbaiki lagi.

Walaupun begitu, Panarukan masih tetap menjadi pengekspor penting kopi dan gula ke luar negeri tujuan Bremen (Jerman), dan Rotterdam (Belanda); juga menjadi tempat penumpukan hasil pertanian dari sepanjang pantai Selat Bali.

5 Januari 1808 Maarschalk en Gouverneur Generaal, Mr. Herman Willem Daendels tiba di pelabuhan kuno Anyer. Ia diutus oleh Raja Belanda Louis Nepoleon, adik Kaisar Prancis Napoleon Bonarpate yang menduduki Belanda untuk mempertahankan Hindia Belanda dari kemungkinan direbut Inggris dari India.

Kemudian Daendles membangun atau lebih tepatnya memperlebar 7 meter Jalan Raya Pos Anjer-Panaroekan (De Grote Postweg) yang dikerjaan paksa oleh pribumi. Ia juga menerapkan tanam paksa. Kopi, tembakau dan tebu misalnya.

Pada September 1808, F. Rothenbuhler, pemegang kuasa (gesaghebber) Ujung Timur menjadi penanggungjawab untuk merampungkan pembangunan jalan Anjer-Panaroekan (De Grote Postweg) dari Surabaya sampai Panarukan.

Lantas kenapa pembangunan ini berhenti di Panarukan? Ada tiga alasan: di perairan sekitar  selat Madura memungkinkan memberi peluang pendaratan pasukan Inggris; wilayah Ujung Timur (Oosthoek) merupakan daerah yang potensial bagi produk tanaman tropis selain kopi, seperti gula dan nila; dan Panarukan dipilih karena dekat daerah lumbung gula di Besuki dan dengan tanah-tanah partikelir yang menghasilkan produk-produk tropis penting.

Kini, nama besarnya sudah lapuk termakan usia. Yang tersisa hanya bekas puing benteng pertahanan VOC dan Tugu Portugis yang menunjukkan Panarukan dulu sebuah kota pelabuhan yang sempat besar. []
Redaksi

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.