8 - 9 April 2016
Oleh : Moh. Imron
Oleh : Moh. Imron
Butuh
perjalanan sekitar 1,5 jam untuk hadir di acara Fesival Argopuro. Kami bersama
rombongan komunitas; Backpacker Situbondo, Si Ponsel, Free Line, Pencinta Alam
Jember, dan Seniberjalan. Jarak sudah dekat, kami berjalan kaki setelah tiba di
tugu pintu gerbang Wisata Gunung Argopuro Desa Baderan Kecamatan Sumbermalang –
Situbondo.
Seperti
rencana sebelumnya, kami ingin gelar lesehan baca dan pameran foto untuk
mewarnai acara ini. Akan tetapi, sore begitu cepat menyambut malam terlebih
tanah dan rumput masih basah, mungkin sebelumnya sudah diguyur hujan. Kami mengurungkan
niat dan memilih untuk menyiapkan tenda dan menu makan bersama.
Malam
pun tiba, keadaan masih belum berpihak
pada kami, penerangan lampu masih kurang, apalagi tempat ini di lereng gunung
dan lumayan jauh dari rumah penduduk. Jadi, kami berencana untuk menggelar di
pagi saja
Malam
itu kami hanya menikmati suguhan musik Festival Argopuro dengan instalasi panggung
dengan alas jerami, background dari bambu,
dihiasi ranting pohon dan sangkar burung. Panggung itu menyatu dengan alam. Sederhana.
Panitia
juga memberi kesempatan pada kami untuk berdeklamasi yang diiringi seniman
mancanegara. Merupakan momen yang sangat langka. Malam itu sungguh luar biasa
bagi kami.
Jarang
sekali hiburan digelar di pelosok desa. Apalagi acara ini mengutamakan gotong
royong dan swadaya, mereka mampu menghadirkan musisi luar kota dan luar negeri.
Acara sederhana dan sangat menghibur. Terlebih melibatkan pemuda-pemuda
Situbondo khususnya di daerah Sumbermalang dan Besuki untuk terus berkarya.
###
Kami
berharap paginya masih bisa menggelar lesehan baca dan pameran foto tentang
Situbondo. Akan tetapi, pagi itu mata masih berat, terlebih malamnya kurang
tidur. Selesai acara, kami lebih memilih menghabiskan waktu dengan ngopi dengan
teman-teman beserta obrolan di dalamnya.
“Saya
ingin pergi ke sana.”
“Yuk,
kita mandi di sungai.”
Pagi
itu kami putuskan untuk turun ke lembah, di sana terdapat aliran sungai. Kami
menuju sungai itu membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Perjalanan itu sudah
cukup membuat keringat bercucuran. Rasa capek tidak terasa, sepanjang
perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang indah.
Kami
bersantai di pinggir sungai yang jernih tanpa sampah. Kami berlima berendam
sejenak. Kami sudah jarang mandi di sungai. Sebab sungai di daerah kami sangat
kotor.
Kami
berkemas kembali dan mengabadikan keindahan alam. Sepanjang perjalanan pulang-pergi,
kami bertemu dengan beberapa penduduk yang melakukan aktivitasnya. Kebanyakan
mereka mencari rumput gajah dengan membawa bambu runcing yang dibuat untuk
memikul. Selain itu kami juga melihat penduduk menanam padi dan memupuk
tanaman.
Saat
itulah, kami mulai belajar membaca dari keindahan alam Desa Baderan. Bagi kami,
membaca tidak hanya melalui buku. Kami melihat ada banyak pengetahuan di sana.
Beberapa
penduduk yang melakukan aktivitas di lereng gunung sangat ramah. Saling sapa
ketika bertemu. Semangat gotong royong masih bisa kami lihat. Belasan penduduk
sedang bercocok tanam. Ketika kami lewat mereka menawarkan untuk makan bersama.
Kebetulan mereka sedang istirahat. Akan tetapi kami memilih melanjutkan
perjalanan.
Sekitar
pukul 11.00 WIB, cuaca tampak mendung. Tak lama kemudian hujan mulai turun.
Kami mulai packing, terutama
menyelamatkan buku-buku dan foto-foto, kemudian kami berteduh di rumah
penduduk. Meskipun hujan tidak lama, tapi sudah cukup membuat pakaian basah.
Setelah
azan Zuhur, kami beranjak pulang. Keadaan sudah tidak memungkinkan berlama-lama
di sana. Kami berpamitan kepada panitia dan rekan-rekan yang masih di sana.
Untuk
menebar semangat membaca, kami mengalami beberapa halangan pada acara Festival
Argopuro. Tapi itu tidak membuat kami putus asa. Sepulang dari Festival
Argopuro kami berkumpul kembali di rumah Mbak Agustina seperti halnya mau
berangkat. Kami dimanja dengan beberapa makanan.
Kami
bercerita kepada Mbak Agustina tentang kegagalan menggelar lesehan baca dan
kegiatan lesehan baca kami yang digelar setiap malam minggu. Mbak Agustina
sangat mendukung, ia menyumbang buku sebanyak buku yang kami bawa ke Festival
Argopuro sekaligus dengan tikar (perlak). Sungguh kami sangat senang sekali,
terlebih buku yang disumbangkan merupakan buku-buku yang kami inginkan. Yaitu
buku pelajaran dan cerita untuk anak-anak. Ada juga buku-buku fiksi. Terima
kasih kami ucapkan. Itu membuat kami lebih bersemangat untuk menyebar budaya
literasi di Kabupaten Situbondo.
Terima
kasih Teman-teman Backpacker Situbondo, teman-teman Siponsel, Free Line, Seniberjalan, Situbondo Kreatif, Situbondo Etno, serta panitia argofest terlebih penduduk desa Baderan. Senang rasanya, bisa bertemu
dan mengenal orang-orang hebat. Kalian luar biasa. []
Dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar