Oleh
Moh. Imron
Perjalanan meredam kesunyian dalam hati.
Ada banyak mata tertuju
pada acara ini. Beberapa bulan yang lalu telah tersebar info ini ke penjuru
kota baik melalui media cetak, media sosial, iklan jalan, lisan dll.
Pada acara BSC yang ketiga,
saya berniat menonton jauh-jauh sebelumnya. Saya mendapat jatah undangan dari
teman, tapi karena lebih dulu janjian sama teman fotografi. Saya tidak ambil
bagian.
Tentu beberapa orang yang
datang ke tempat ini mempunyai niatan yang berbeda; ada yang untuk mengais
rezeki, hanya menonton saja, nge-date,
mengambil gambar, sebagai panitia, undangan, pekerjaan, petugas keamanan,
mengantar anak dan banyak lainnya.
Sementara saya sendiri
mempunyai alasan karena BSC yang pertama dan kedua melewatinya. Saya hanya bisa
melihat foto dan video dari media sosial saja. Karena waktu dulu, saya sedang
sibuk. Apalagi dari BSC yang pertama hingga sekarang ada sebagian teman saya
yang selalu terlibat baik panitia maupun peserta. Alasan lain karena dalam
beberapa minggu ini saya merasa kesepian. Libur panjang. Terpenjara dalam
kerinduan pada seseorang yang jauh dan sangat berarti. Saya berharap datang ke
BSC 3 dapat menemukan hiburan sekaligus
sesuatu yang baru. Dan juga mengenal salah satu kegiatan di kota
tercinta.
Kurang lebih sekitar pukul
10.05 WIB. Saya sudah tiba di alun-alun bersama Zaidi yang baru saja menanam
rindu di ladang sunyi. Diantar oleh rekan saya dengan mobilnya. Sekaligus
menemani Mas Tapu berjualan di sekitar acara ini.
Hari itu para pengunjung
tidak begitu ramai. Saya bertemu dengan teman-teman Situbondo Kreatif yang
sedang ingin berburu foto di acara ini. Mas Dwiki dan Mas Vian, masing-masing
memegang kamera DSLR. Sementara teman saya, Zaidi membawa kamera LDR yang hanya
bisa memotret kekasihnya yang jauh di sana melalui khayalan.
Di sebelah barat perempatan
jalan ada sebuah panggung. Juga tertera nomer peserta yang berjejer di atasnya.
Dari kejauhan sebelah barat juga ada panggung lagi, tepatnya sekitar depan
pintu masuk pendopo bagian barat. Panggung itu bertuliskan BSC 3 secara
terpisah. Di depannya ada hiasan bunga dan sebuah alas yang memanjang berwarna
biru di atas aspal. Sementara di pagar pendopo terdapat banner BSC3 juga ada
sebuah tulisan “The only Islamic Fashion Carnival”, logo Permkab, Disparbudpora,
sekaligus area ini mungkin sebagai tempat untuk pembawa acara, pidato. Mungkin.
Ada dua bedug samping kanan-kiri tempat itu. Dan di depannya ada hiasan
tumbuhan bunga yang ditata dengan rapi.
Tampak beberapa kursi
berjejer di gazebo, kemungkinan tempat para undangan. Di tempat itu pula ada
beberapa panitia yang sibuk seperti mengemas sesuatu pada tas, ada juga
memegang balon. Di barat gazebo ada tempat khusus operator. Di sebelah baratnya
ada mesin pembangkit listrik warna biru. Secara keseluran dekorasi kegiatan ini
didominasi warna biru.
Sesekali petugas Satpol
sibuk mengamankan atau ikut merapikan tempat. Dari segelintir orang di area ini
ada yang menyempatkan motret, sesekali memainkan HP-nya. Perlahan beberapa orang yang berhubungan dengan kegiatan ini
berdatangan. Misalnya seperti tukang foto, undangan dll.
Di luar pagar pembatas,
sebelah selatan tiang bendera alun-alun ada seorang nenek yang sedang duduk
seperti sedang makan. Di sampingnya ada karung yang berisi sampah plastik. Ia
duduk menghadap ke utara, terlihat sedikit butir di sudut mulutnya.
Di sebelah timur tiang
bendera ada orang yang menari-nari. Rambutnya putih. Ia suka menyungging
senyum, seperti bahagia. Ia hanya memakai celana pendek yang robek.
Mondar-mandir ke barat-timur, tangannya kadang diputar-putar.
Dari gazebo ke timur, sudah
diberi pagar pembatas. Mungkin sekitar 200 M. Mengenai area sampai ke finish, katanya sampai ke Jl. Pemuda. Di
pinggir jalan yang akan dilalui peserta terdapat beberapa banner kecil yang
bergambar Bapak Bupati dan Wakilnya. Juga ada info BSC 3 dilaksanakan pada 20
November 2016 pukul 12.00 WIB.
Cuaca begitu panas. Angin
berhembus kencang. Pohon-pohon menari. Langit begitu terang, hanya sedikit awan
yang menggantung.
Para penonton sudah
memadati area pertunjukan fashion. Parkir-parkir kendaraan sudah mulai penuh.
Para pedagang asongan mulai menjajahkan jualannya. Ada pedagang kacang, ada
pedagang rambak, ada pedagang mainan, ada pedagang minuman dll. Ada polisi yang
memantau kegiatan. Ada wartawan. Pokoknya banyak deh.
Saya menyukai musik yang di
lantunkan. Saya menikmatinya. Mungkin ada Mas Aves di baliknya. Sebelumnya saya
pernah bertemu di area operator. Ia mengenakan kaos BSC 3.
Saat itu, saya memutuskan
untuk membeli kopi yang terletak di sebelah selatan pintu parkir alun-alun.
Nenek penjual kopi dibantu cucunya. Selain itu ia juga berjualan rujak dan
gorengan. Saya meminta izin bahwa kopinya akan dibawa ke tempat saya di
selatan. Dan gelasnya akan dikembalikan nanti. Nenek pun mengizinkan.
Kopi selesai, saya kembali
duduk di bawah pohon angsana beralaskan kardus. Sebatang rokok kuselipkan di bibir
lalu kunyalakan. Kopi yang masih panas saya tuangkan ke lepek. Meniup sebentar.
Lalu menyeruputnya.
Srrrtttpppppp. Ahhh.
Sempurna.
Saya bersandar pada tiang
pembatas alun-alun. Tempatnya sejuk sekali. Apakah karena angin berhembus
kencang dan tempatnya teduh? Atau barangkali karena banyak bibir manis yang mondar-mandir di sekitar ini?
Kehadiran BSC 3 secara
tidak langsung juga melibatkan elemen masyarakat di Situbondo. Selain hiburan
juga menambah pendapatan untuk kebutuhan hidup bagi yang berdagang.
Semua penonton yang datang
ke area ini tidak cukup hanya melihat performance
peserta. Tentu mereka ada yang kelelahan, panas, capek, haus, kadang perut
minta diisi dan ada juga keluarga memanjakan anak untuk memenuhi permintaan
yang diinginkan. Di situlah salah satu peran penjual turut meramaikan acara
ini. Mungkin ada banyak ratusan pedangan. Cobalah tanya pada orang yang datang
menagih pajak pada pedang di sekitar area ini! Selain itu, penduduk sekitar
juga membuka lapangan khusus parkir yang juga dapat menertibkan keamanan serta
menambah pemasukan.
Tempat ini benar-benar
menghipnotis masyarakat.
"Sayang anak, sayang
anak."
Tampak seorang penjual
mainan yang menjajahkan barang-barangnya.
Jika seandainya saya
penjual mainan itu, mungkin saya menjajahkan ke rumah kekasih. Lalu bilang
"Sayang kamu, sayang kamu."
Kulihat HP ada pesan masuk
dari Yudik W. Pesan masuk sekitar pukul 11.00 WIB, saya telat baca dua jam. Ia
mengatakan kalau hari ini dia akan nonton BSC 3. Hari sebelumnya bilang pada saya
bahwa ia akan mengajak kekasihnya yang di luar kota untuk nonton BSC 3 akan
tetapi kekasihnya menolak. Haha. Tapi dia lelaki super tabah. Dia tetap
menonton BSC 3. Lalu saya membalas dengan memberi info posisi saya saat itu.
Sekitar pukul 12.56 WIB.
Terdengar suara MC memberikan salam pembuka. Acara BSC 3 berarti sudah dimulai.
Beberapa nyanyian, perkenalan, sambutan-sambutan telah terlewati. Sayangnya
saya tidak bisa menyimak. Saya agak jauh dari tempat di mana saya duduk di
bawah pohon.
Acara terus berlangsung.
Sepertinya saya tidak mempunyai celah untuk menonton acara. Beberapa anak kecil
ada yang naik pohon, naik di penyangga iklan, naik di pohon. Banyak orang berdiri di gedung-gedung pembatas taman.
Sementara penonton yang berada di area yang panas banyak yang menggunakan
payung. Sangat padat sekali
Acara terus berlangsung.
Saya benar-benar tidak bisa melihat peserta BSC 3. Saya masih duduk di tempat
semula bersama teman saya, Zaidi. Mata saya hanya berkeliaran pada semua
pengunjung. Tampak drone telah di terbangkan. Mungkin juga ribuan kamera
tertuju pada peserta BSC 3. Mungkin juga ada yang berfoto dengan peserta.
Termasuk rekan-rekan saya yang sudah di dalam area yang tergabung dalam Komunitas
Situbondo Photography Ponsel (Si Ponsel), pasti sudah beraksi dengan kameranya.
Saya hanya bisa membayangkan, bahwa di tempat area cukup meriah. Penonton
benar-benar khusuk dan terpukau saat memandang fashion yang ditampilkan. Dari
peserta satu hingga berikutnya dan seterusnya. Tak peduli meski tempat begitu
sesak maupun panas. Saya membayangkan penonton terhibur, bahwa datang ke tempat
ini tidak sia-sia.
Apa yang harus saya tonton sementara kekasih sudah menampakkan diri
dalam ingatan?
Tiba-tiba ada salah satu
anggota Backpacker Situbondo menyapa. Ia bersama beberapa saudaranya. Sebentar
saya mengobrol dengannya. Disusul juga dengan teman-teman lain yang saling
tegur sapa.Waktu berjalan begitu cepat.
Tidak terasa matahari sudah
mulai di ufuk barat. Rokok sudah habis. Kopi sudah habis. Air mineral sudah
habis. Kopi habis. Baterai HP juga habis. Acara BSC 3 pun habis.
Para undangan perlahan
mulai pulang. Para penonton telah bubar. Ada yang langsung menuju parkir. Ada
yang masih menikmati kuliner. Ada yang masih duduk-duduk. Ada yang masih
jepret-jepret. Ada yang selfie. Ada
pula yang anaknya menangis. Ada pula sepasang kekasih yang bergandengan tangan.
Sebagian pedang juga ada yang berkemas. Tukang
parkir sibuk mengawal kendaraan. Semuanya seperti siap-siap berkemas. Saya pun
mengembalikan gelas kepada pedagang kopi tadi.
Sepertinya acara ini begitu
teroraganisir. Tentu panitia sangat bergembira sekali setelah beberapa hari
sebelumnya dikuras tenaga dan pikirannya dalam acara ini. Usahanya telah
terbayar. Selanjutnya mungkin hanya tinggal evaluasi saja. Saya ucapkan selamat atas kesuksesannya kepada teman saya, Kholil dkk serta semua pendukung dan kontributor acara. Saya tunggu di BSC 4.
Meskipun saya tidak sempat
mengetahui wacana apa yang ingin disampaikan dalam tema ini? Bagaimana proses
kreatifnya? Dan banyak pertanyaan lainnya yang hanya bisa saya pendam. Di tahun
depan semoga saya ada waktu untuk menggali lebih dalam. Acara ini sepertinya
benar-benar meriah. Banyak belajar dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya bukan
tidak mungkin acara Karnaval Fashion Islam mengangkat nama baik Kabupaten
Situbondo.
Sekitar pukul 17.05 WIB.
Pagar besi pembatas penonton telah dibongkar. Tak lama kemudian datang petugas
DCK sedang beraksi. Secepat mungkin jalan kembali bersih.
Senja merayap di kaki langit. Keadaan sudah kembali seperti biasa.
Jalan pun mulai dilalui kendaraan. Sementara kendaraan yang akan menjemput saya
dan Zaidi telat datang. Apalagi si Zaidi sudah terbiasa menunggu. Jadi tidak
masalah.
Azan Magrib telah selesai.
Panggung di sebelah timur telah dibongkar. Semuanya dinaikkan ke truck. Salah satu pekerja juga membawa
beberapa nasi kotak. Perlahan disusul dengan pembongkaran panggung di sebelah
barat.
Hari itu, saya begitu
lelah. Masih memandangi area yang baru saja di tempati acara. Seakan semuanya
kembali sunyi seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu pun dengan suasana hati pun kembali sunyi. Tapi saya sangat senang. Saya gembira. Saya bahagia. Meskipun
pura-pura.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar