Social Media Sharing by CB Bloggerz


a
a
a
a

Recent Posts
recent

Sisi Lain Best Situbondo Carnival 3


Perjalanan meredam kesunyian dalam hati.

Ada banyak mata tertuju pada acara ini. Beberapa bulan yang lalu telah tersebar info ini ke penjuru kota baik melalui media cetak, media sosial, iklan jalan, lisan dll.

Pada acara BSC yang ketiga, saya berniat menonton jauh-jauh sebelumnya. Saya mendapat jatah undangan dari teman, tapi karena lebih dulu janjian sama teman fotografi. Saya tidak ambil bagian.

Tentu beberapa orang yang datang ke tempat ini mempunyai niatan yang berbeda; ada yang untuk mengais rezeki, hanya menonton saja, nge-date, mengambil gambar, sebagai panitia, undangan, pekerjaan, petugas keamanan, mengantar anak dan banyak lainnya.

Sementara saya sendiri mempunyai alasan karena BSC yang pertama dan kedua melewatinya. Saya hanya bisa melihat foto dan video dari media sosial saja. Karena waktu dulu, saya sedang sibuk. Apalagi dari BSC yang pertama hingga sekarang ada sebagian teman saya yang selalu terlibat baik panitia maupun peserta. Alasan lain karena dalam beberapa minggu ini saya merasa kesepian. Libur panjang. Terpenjara dalam kerinduan pada seseorang yang jauh dan sangat berarti. Saya berharap datang ke BSC 3 dapat menemukan hiburan sekaligus  sesuatu yang baru. Dan juga mengenal salah satu kegiatan di kota tercinta.

Kurang lebih sekitar pukul 10.05 WIB. Saya sudah tiba di alun-alun bersama Zaidi yang baru saja menanam rindu di ladang sunyi. Diantar oleh rekan saya dengan mobilnya. Sekaligus menemani Mas Tapu berjualan di sekitar acara ini.

Hari itu para pengunjung tidak begitu ramai. Saya bertemu dengan teman-teman Situbondo Kreatif yang sedang ingin berburu foto di acara ini. Mas Dwiki dan Mas Vian, masing-masing memegang kamera DSLR. Sementara teman saya, Zaidi membawa kamera LDR yang hanya bisa memotret kekasihnya yang jauh di sana melalui khayalan.

Di sebelah barat perempatan jalan ada sebuah panggung. Juga tertera nomer peserta yang berjejer di atasnya. Dari kejauhan sebelah barat juga ada panggung lagi, tepatnya sekitar depan pintu masuk pendopo bagian barat. Panggung itu bertuliskan BSC 3 secara terpisah. Di depannya ada hiasan bunga dan sebuah alas yang memanjang berwarna biru di atas aspal. Sementara di pagar pendopo terdapat banner BSC3 juga ada sebuah tulisan “The only Islamic Fashion Carnival”, logo Permkab, Disparbudpora, sekaligus area ini mungkin sebagai tempat untuk pembawa acara, pidato. Mungkin. Ada dua bedug samping kanan-kiri tempat itu. Dan di depannya ada hiasan tumbuhan bunga yang ditata dengan rapi.

Tampak beberapa kursi berjejer di gazebo, kemungkinan tempat para undangan. Di tempat itu pula ada beberapa panitia yang sibuk seperti mengemas sesuatu pada tas, ada juga memegang balon. Di barat gazebo ada tempat khusus operator. Di sebelah baratnya ada mesin pembangkit listrik warna biru. Secara keseluran dekorasi kegiatan ini didominasi warna biru.

Sesekali petugas Satpol sibuk mengamankan atau ikut merapikan tempat. Dari segelintir orang di area ini ada yang menyempatkan motret, sesekali memainkan HP-nya. Perlahan beberapa  orang yang berhubungan dengan kegiatan ini berdatangan. Misalnya seperti tukang foto, undangan dll.

Di luar pagar pembatas, sebelah selatan tiang bendera alun-alun ada seorang nenek yang sedang duduk seperti sedang makan. Di sampingnya ada karung yang berisi sampah plastik. Ia duduk menghadap ke utara, terlihat sedikit butir di sudut mulutnya.

Di sebelah timur tiang bendera ada orang yang menari-nari. Rambutnya putih. Ia suka menyungging senyum, seperti bahagia. Ia hanya memakai celana pendek yang robek. Mondar-mandir ke barat-timur, tangannya kadang diputar-putar.

Dari gazebo ke timur, sudah diberi pagar pembatas. Mungkin sekitar 200 M. Mengenai area sampai ke finish, katanya sampai ke Jl. Pemuda. Di pinggir jalan yang akan dilalui peserta terdapat beberapa banner kecil yang bergambar Bapak Bupati dan Wakilnya. Juga ada info BSC 3 dilaksanakan pada 20 November 2016 pukul 12.00 WIB.

Cuaca begitu panas. Angin berhembus kencang. Pohon-pohon menari. Langit begitu terang, hanya sedikit awan yang menggantung.

Para penonton sudah memadati area pertunjukan fashion. Parkir-parkir kendaraan sudah mulai penuh. Para pedagang asongan mulai menjajahkan jualannya. Ada pedagang kacang, ada pedagang rambak, ada pedagang mainan, ada pedagang minuman dll. Ada polisi yang memantau kegiatan. Ada wartawan. Pokoknya banyak deh.

Saya menyukai musik yang di lantunkan. Saya menikmatinya. Mungkin ada Mas Aves di baliknya. Sebelumnya saya pernah bertemu di area operator. Ia mengenakan kaos BSC 3.

Saat itu, saya memutuskan untuk membeli kopi yang terletak di sebelah selatan pintu parkir alun-alun. Nenek penjual kopi dibantu cucunya. Selain itu ia juga berjualan rujak dan gorengan. Saya meminta izin bahwa kopinya akan dibawa ke tempat saya di selatan. Dan gelasnya akan dikembalikan nanti. Nenek pun mengizinkan.

Kopi selesai, saya kembali duduk di bawah pohon angsana beralaskan kardus. Sebatang rokok kuselipkan di bibir lalu kunyalakan. Kopi yang masih panas saya tuangkan ke lepek. Meniup sebentar. Lalu menyeruputnya.

Srrrtttpppppp. Ahhh. Sempurna.

Saya bersandar pada tiang pembatas alun-alun. Tempatnya sejuk sekali. Apakah karena angin berhembus kencang dan tempatnya teduh? Atau barangkali karena banyak bibir manis  yang mondar-mandir di sekitar ini?

Kehadiran BSC 3 secara tidak langsung juga melibatkan elemen masyarakat di Situbondo. Selain hiburan juga menambah pendapatan untuk kebutuhan hidup bagi yang berdagang.

Semua penonton yang datang ke area ini tidak cukup hanya melihat performance peserta. Tentu mereka ada yang kelelahan, panas, capek, haus, kadang perut minta diisi dan ada juga keluarga memanjakan anak untuk memenuhi permintaan yang diinginkan. Di situlah salah satu peran penjual turut meramaikan acara ini. Mungkin ada banyak ratusan pedangan. Cobalah tanya pada orang yang datang menagih pajak pada pedang di sekitar area ini! Selain itu, penduduk sekitar juga membuka lapangan khusus parkir yang juga dapat menertibkan keamanan serta menambah pemasukan.

Tempat ini benar-benar menghipnotis masyarakat.

"Sayang anak, sayang anak."

Tampak seorang penjual mainan yang menjajahkan barang-barangnya.

Jika seandainya saya penjual mainan itu, mungkin saya menjajahkan ke rumah kekasih. Lalu bilang "Sayang kamu, sayang kamu."

Kulihat HP ada pesan masuk dari Yudik W. Pesan masuk sekitar pukul 11.00 WIB, saya telat baca dua jam. Ia mengatakan kalau hari ini dia akan nonton BSC 3. Hari sebelumnya bilang pada saya bahwa ia akan mengajak kekasihnya yang di luar kota untuk nonton BSC 3 akan tetapi kekasihnya menolak. Haha. Tapi dia lelaki super tabah. Dia tetap menonton BSC 3. Lalu saya membalas dengan memberi info posisi saya saat itu.

Sekitar pukul 12.56 WIB. Terdengar suara MC memberikan salam pembuka. Acara BSC 3 berarti sudah dimulai. Beberapa nyanyian, perkenalan, sambutan-sambutan telah terlewati. Sayangnya saya tidak bisa menyimak. Saya agak jauh dari tempat di mana saya duduk di bawah pohon.

Acara terus berlangsung. Sepertinya saya tidak mempunyai celah untuk menonton acara. Beberapa anak kecil ada yang naik pohon, naik di penyangga iklan, naik di pohon. Banyak orang  berdiri di gedung-gedung pembatas taman. Sementara penonton yang berada di area yang panas banyak yang menggunakan payung. Sangat padat sekali

Acara terus berlangsung. Saya benar-benar tidak bisa melihat peserta BSC 3. Saya masih duduk di tempat semula bersama teman saya, Zaidi. Mata saya hanya berkeliaran pada semua pengunjung. Tampak drone telah di terbangkan. Mungkin juga ribuan kamera tertuju pada peserta BSC 3. Mungkin juga ada yang berfoto dengan peserta. Termasuk rekan-rekan saya yang sudah di dalam area yang tergabung dalam Komunitas Situbondo Photography Ponsel (Si Ponsel), pasti sudah beraksi dengan kameranya. Saya hanya bisa membayangkan, bahwa di tempat area cukup meriah. Penonton benar-benar khusuk dan terpukau saat memandang fashion yang ditampilkan. Dari peserta satu hingga berikutnya dan seterusnya. Tak peduli meski tempat begitu sesak maupun panas. Saya membayangkan penonton terhibur, bahwa datang ke tempat ini tidak sia-sia.

Apa yang harus saya tonton sementara kekasih sudah menampakkan diri dalam ingatan?

Tiba-tiba ada salah satu anggota Backpacker Situbondo menyapa. Ia bersama beberapa saudaranya. Sebentar saya mengobrol dengannya. Disusul juga dengan teman-teman lain yang saling tegur sapa.Waktu berjalan begitu cepat.

Tidak terasa matahari sudah mulai di ufuk barat. Rokok sudah habis. Kopi sudah habis. Air mineral sudah habis. Kopi habis. Baterai HP juga habis. Acara BSC 3 pun habis.

Para undangan perlahan mulai pulang. Para penonton telah bubar. Ada yang langsung menuju parkir. Ada yang masih menikmati kuliner. Ada yang masih duduk-duduk. Ada yang masih jepret-jepret. Ada yang selfie. Ada pula yang anaknya menangis. Ada pula sepasang kekasih yang bergandengan tangan. Sebagian pedang juga ada yang  berkemas. Tukang parkir sibuk mengawal kendaraan. Semuanya seperti siap-siap berkemas. Saya pun mengembalikan gelas kepada pedagang kopi tadi.

Sepertinya acara ini begitu teroraganisir. Tentu panitia sangat bergembira sekali setelah beberapa hari sebelumnya dikuras tenaga dan pikirannya dalam acara ini. Usahanya telah terbayar. Selanjutnya mungkin hanya tinggal evaluasi saja. Saya ucapkan selamat atas kesuksesannya kepada teman saya, Kholil dkk serta semua pendukung dan kontributor acara. Saya tunggu di BSC 4.

Meskipun saya tidak sempat mengetahui wacana apa yang ingin disampaikan dalam tema ini? Bagaimana proses kreatifnya? Dan banyak pertanyaan lainnya yang hanya bisa saya pendam. Di tahun depan semoga saya ada waktu untuk menggali lebih dalam. Acara ini sepertinya benar-benar meriah. Banyak belajar dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya bukan tidak mungkin acara Karnaval Fashion Islam mengangkat nama baik Kabupaten Situbondo.

Sekitar pukul 17.05 WIB. Pagar besi pembatas penonton telah dibongkar. Tak lama kemudian datang petugas DCK sedang beraksi. Secepat mungkin jalan kembali bersih.

Senja merayap di kaki  langit. Keadaan sudah kembali seperti biasa. Jalan pun mulai dilalui kendaraan. Sementara kendaraan yang akan menjemput saya dan Zaidi telat datang. Apalagi si Zaidi sudah terbiasa menunggu. Jadi tidak masalah.

Azan Magrib telah selesai. Panggung di sebelah timur telah dibongkar. Semuanya dinaikkan ke truck. Salah satu pekerja juga membawa beberapa nasi kotak. Perlahan disusul dengan pembongkaran panggung di sebelah barat.

Hari itu, saya begitu lelah. Masih memandangi area yang baru saja di tempati acara. Seakan semuanya kembali sunyi seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu pun dengan suasana hati pun kembali sunyi. Tapi saya sangat senang. Saya gembira. Saya bahagia. Meskipun pura-pura.[]

Redaksi

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.