Social Media Sharing by CB Bloggerz


a
a
a
a

Recent Posts
recent

Cinta Monyet Topeng Monyet

Umur bukan ukuran untuk percobaan praktik jatuh cinta. Jatuh cinta, bisa kapan saja, dan dimana saja. Banyak cotoh-contoh kisah dramatika tentang cinta. Ada Romeo & Juliet, Rama & Sinta, Cinderella, dan banyak lagi. Ada juga dalam versi horor. Kisah cinta Pocong dan Suster ngesot yang nggak bisa ciuman. Si Pocong nggak bisa nunduk gara-gara tali yang membelit dibadannya. Sang Suster ngesot juga nggak bisa berdiri, jalannya aja ngesot. Satu cerita yang konyol. Tapi cukup dramatis. Kenapa jadi bahas Pocong dan Suster ngesot o,O
Tapi yang kita bahas sekarang adalah tentang cinta monyet gue. Zaman sekarang, anak TK aja uda kenal namanya cinta-cintaan. Contohnya aja anak tetangga gue.
“Ciee.. ciee... Dinda pacalan sama Bintang niihh yee...”. ejek teman Dinda.
“ehh ... ya bialin. Cembulu yaa??”.
Nah loh ? CEMBULU? Gulu disekolahnya ngajalin tentang pacalan kali ya o,O (LOL)
Yah nggak fokus lagi deh jadi ngurusin anak tetangga. Kalau contoh tadi ada dizaman sekarang, cinta monyet gue ada dizaman dulu. Gue ngrasain cinta-cintaan waktu kelas 6 SD. Gue sendiri belum ngerti sih apa itu pacaran dan cinta, karena gue juga belum pernah pacaran. Awalnya gue sering perhatikan satu cowok dikelas, namanya Miggie. Tapi gue tidak hanya perhatikan satu orang saja. Ada Rony, Indra, Seta. Tapi yang sering gue perhatikan dan gue merasa gemeter nggak jelas cuman Miggie.
Menurut gue, Mggie itu orangnya lucu aja. Dia tidak tinggi, tapi orangnya seru dan rada cuek. Gue suka orang cuek. Gue pengen banget deketin dia. Kadang-kadang gue sengaja nawarin contekan. Atau nawarin diri ngerjain PRnya dia. Itu salah satu cara gue, biar dia perhatiin gue waktu gue kerjain PRnya.
Tapi nggak seperti yang gue bayangin untuk selalu deket sama dia. Dia malah jauhin gue saat dia tau gue suka sama dia. Di melihat tulisan yang ada dibuku PR halaman terakhir milik gue. Tulisan itu adalah “Miggie Love Mea”.
“Hah apaan nih?!”. Mata Miggie melotot kearah gue.
“Ops sory. Buku gue”. Gue berusaha ngrebut buku yg ada pada Miggie.
“Nggak! Nih maksudnya apa?” sahut Miggie.
Suara Miggie yang membahana terdengar sampai satu ruangan kelas. Fix! Anak-anak ngliatin tulisan itu, selang sedetik melotot kearah gue.
“Ciee ciee.. Mea nih yee...”
“Ciee ... Miggie pacaran sama Mea nii yee..”. Seru anak-anak satu kelas ngledekin gue sama Miggie.
Gue nggak bisa sembunyiin rona merah dipipi gue. Akhirnya gue lari sebelum gue minta maaf sama Miggie. Keesokan harinya dan selama seminggu setelah kejadian itu, Miggie udah nggak nyapa gue lagi. Tiap hari anak-anak ngledekin Miggie. gue bisa ngrasain perasaan Miggie sekarang. Karena tiap hari anak-anak ngledekin Miggie, dimana aja, dan kapan aja.
Contohnya aja ditoilet.
“Ciee.. ciee.. paccarnya Mea niihh...”
Miggie sampai nggak tau tempat yang tepat untuk dia pipis.
Dikantin.
“Mig. Kok lo nggak ajak Mea makan bareng lo sih?”
Akhirnya dia tidak pergi ke kantin lagi. Pasti dia kelaperan. Mangkanya gue sengaja bawa dua kotak nasi. Satu gue, dan satunya lagi untuk gue. Emm maksud gue untuk Miggie. Gue sengaja taruh kotak makanan itu dikolong meja Miggie secara rahasia. Biar dia nggak kelaperan lagi.
Di perpus. Waktu itu kebetulan ada gue juga diperpus.
“Ciee... Miggie lagi janjian diperpus nih sama Mea”.
“Ciee .. ciee..”. Suasana jadi ribut.
Dia sampai disuruh keluar sama bapak penjaga perpus. Karena bapak itu mengira bahwa dia penyebab keributan diperpus. Padahal itu ulah Beno. Beno cs adalah biang keributan didalam kelas.
Setelah seminggu dia lewatkan hari-hari dengan seperti itu. Akhirnya dia sudah tidak terlihat lagi disekolah selama dua hari. Wali kelas menanyakan kabar Miggie ke gue. Karena anak-anak sering menyebutkan nama gue dan Miggie. Akhirnya gue ceritakan kronologis cerita dari awal kejadian sampai titik penghabisan Miggie nggak masuk.
Wali kelas langsung menegur dan memberi peringatan kepada Beno dan kawan-kawannya.
“kalau kalian masih saja ribut dan buat onar, ibu tidak segan-segan menghukum kalian berjemur dilapangan upacara! Jangan diulangi lagi! Mengerti?!”
Peringatan Bu guru seperti sebuah kilat yang menyambar lebat dikelas gue. Meskipun cara biacarnya cepat, tapi keras banget sampai satu ruangan menjadi hening seketika. Gue juga dapat peringatan khusus dari Bu guru.
“Mea. Kamu masih kecil sayang. Nggak boleh pacar-pacaran lagi yah? Kalau kamu pacaran, nanti kamu malah sakit dan nangis. Belajar yang rajin yah. Jangan pacar-pacaran”. Tutur guru gue.
Keesokan hari setelah guru menjenguk Miggie kerumahnya. Akhirnya Miggie masuk sekolah kembali. Gue pun menyapa Miggie memberi isyarat welcome. Tapi sayang, Miggie berusaha tidak melihat gue. Saat Miggie mulai duduk dibangkunya, suasana kelas berubah menjadi hening. Beno yang menurut gue paling parah ngejekin Miggie, tiba-tiba menghampiri meja Miggie. Miggie mngerutkan kening dan menutup matanya.
“Mig, gue sama temen-temen mau minta maaf sama lo. Maafin kita ya Mig. Kita janji nggak akan ngledekin lo lagi”. Kata Beno sambil mengulurkan tangan ke arah Miggie.
“Oh. Gue pikir. Iya, gue maafin kok”.
Akhirnya suasana kelas kembali lagi menjadi ramai dengan canda tawa bersama. Tapi nggak dengan gue. Miggie nggak pernah menyapa atau balas sapaan gue lagi. Gue jadi bingung. Salah yah mencintai seseorang? Meskipun gue pendam dalam-dalam perasaan itu, tapi akhirnya mekar dan tercium juga saat didekatnya.
Suatu siang saat pulang sekolah. Gue coba sapa Miggie dan ingin meminta maaf keadanya. Kebetulan saat itu, gue liat Miggie masih sendirian aja.
“Mig?” sapa gue.
Gue harap dia merespon gue.
“Apa?” respon dia.
Dia merespon sapaan gue tadi. Gue pikir, gue nggak akan sia-siakan kesempatan ini. Gue harus ungkapin semuanya. Setelah menatap Miggie, gue berusaha merem kemudian mengumpulkan kekuatan.
“Mig, gue mau minta maaf sama lo. Gue tau gue salah nulis nama lo dibuku gue. Tentang itu. Gue suka sama lo sudah cukup lama. Dan gue, gue suka sama lo. Gue harap lo juga suka sama gue”.
Gue ungkapkan semuanya dengan tanpa bernafas. Setelah gue menghirup nafas lega, kemudian membuka mata, mata dan langsung ke hati gue tiba-tiba sakit. Gue liat Miggie sedang bergandeng tangan dan berjalan 3 meter dari posisi gue.
Satu perasaan lagi yang gue rasakan “sakit”. Gue merasa senang dan ingin tampil selalu cantik didepan Miggie. Dan gue merasa sakit setelah gue melihat sepasang monyet bergandeng tangan didepan gue.
Ternyata apa yang Bu guru bilang benar. Pacaran itu bisa membuat sakit dan menangis. Meskipun gue nggak pacaran. Belum pacaran saja gue sudah merasakan sakitnya. Kata kakak gue, gue ngalamin masa cinta monyet. Waktu lo ngliat orang yang lo cinta meskipun tampangnya seerti monyet, lo pasti mengira dia seorang pangeran. Tapi waktu lo liat orang yang lo suka sedang bergandeng tangan sama cewe lain, lo pasti ngira mereka adalah sepasang monyet sedang pacaran sambil gandengan tangan dengan diiringi musik topeng monyetnya.
Miggie, lo pangeran monyet pertama gue.

Oleh : Detha Mukti
Redaksi

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.