Social Media Sharing by CB Bloggerz


a
a
a
a

Recent Posts
recent

Gadis di balik pintu


Oleh : Firda f. s
Rumah itu terletak tepat di sebrang tempat tinggalku. Rumah itu kosong sejak di tinggal pemiliknya setahun yang lalu. Tak heran jika halaman rumah itu tertutup rumput liar yang tinggi, dan pagarnya pun di selimuti rumput menjalar. Tak ada yang tahu kemana si pemilik rumah pergi. Pemilik rumah itu terdiri dari seorang ayah, ibu dan seorang anak gadis mereka. Aku tak begitu mengenal keluarga itu karena mereka jarang berkomunikasi dengan tetangga dan tertutup. Maklum keluarga itu memang orang pindahan yang belum lama menghuni rumah kosong itu. Rumah itu pun milik pak RT yang di berikan pada keluarga pindahan itu.

Seingat ku, setahun yang lalu sebelum pemilik rumah itu menghilang bagai di telan bumi, beberapa mobil polisi mendatangi rumah itu dan membawa pergi ayah mereka. Dan para tetangga bahkan tak ada yang tahu kenapa ayah keluarga itu dibawa polisi. Hanya pak ketua RT yang tahu, namun beliau pun merahasiakannya. Beberapa hari setelah ayah keluarga itu dibawa pergi oleh para polisi, ibu dan anaknya pun menghilang entah kemana.

* * *

Sore itu saat aku sedang asik menyiram tanaman di halaman rumahku, tampak sebuah taksi datang. Aku kira itu tamu papa ku, tapi ternyata mobil itu berhenti tepat di depan rumah kosong itu. Dengan penasaran mataku mengikuti dimana mobil itu berhenti. Semenit aku menunggu siapakah yang akan keluar dari mobil itu. Namun setelah bermenit-menit menunggu, tak ada yang terjadi. Lalu setelah beberapa menit kemudian pintu mobil terbuka dan muncullah seorang gadis seusia ku dan seorang ibu keluar dari dalam mobil.
Dan saat itu juga aku segera ingat dengan wajah mereka. itu kan pemilik rumah yang pergi setahun lalu, ada apa mereka kembali? Tapi kok ada yang berubah dengan mereka, pikirku. Setelah aku cermati wajah ibu dan anak itu berubah tampak jauh lebih tua dari usia mereka. Tergambar jelas kesedihan di wajah mereka yang pucat. Seperti tanah yang kering tak tersiram air hujan, dan tampaknya mereka sudah lama tak tersenyum.
Aku semakin heran melihatnya. Dan bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan yang terjadi? Saat itu juga aku merasa begitu sedih melihat mereka. sepertinya sesuatu yang besar terjadi yang membuat wajah keluarga itu begitu mendung. Belum habis rasa heran ku, ibu dan anaknya melihatku dan mengangguk padaku. Sedetik kemudian mereka melangkahkan kaki memasuki rumah kosong yang sudah setahun lamanya mereka tinggalkan itu, meninggalkanku yang masih diam terpaku.

* * *

Pagi ini aku terlambat bangun, segera saja aku bersiap-siap dan bergegas berangkat menuju sekolah setelah sebelumnya melakukan ritual rutin pagi. Tapi ketika aku keluar rumah sambil menuntun sepeda motorku, mataku menangkap sesuatu. Lebih tepatnya, seseorang. Ternyata seseorang itu adalah gadis yang menghuni rumah di sebrang rumahku. Dia tepat berada di balik pintu rumahnya yang berhadapan langsung dengan jalan. Aku pun dapat dengan jelas melihatnya. Sepertinya dia menatapku, tapi arah pandangannya kosong. Tak lama aku terdiam, segera aku ingat bahwa aku sudah terlambat dan bergegas meluncur menuju sekolah bersama sepeda motorku.
Sesampainya di sekolah aku segera memarkir motorku dan berlari memasuki kelas bersamaan dengan guruku yang juga baru datang. Pufh,, hampir saja, pikirku lega. Saat istirahat tiba, seperti biasa aku segera melesat menuju kantin bersama teman-temanku.

* * *
Sore hari, sepulang sekolah saat hendak memasuki rumah, aku tak sengaja melihatnya lagi. Gadis itu tetap berada di balik pintu rumahnya, menatap kosong ke depan dan makin membuat aku heran. Tak lama, aku pun segera memasuki rumah dan disambut ocehan adikku yang masih belum genap 7 tahun.
“ kak, baru pulang sekolah ya? Ayo main sama adek. Oya kak, tadi adek lihat mbak yang di depan rumah situ. Kok mbak itu diam aja ya? “ kata adikku sembari menunjuk ke arah gadis itu berada.
“ oh ya? Ya sudah ntar lagi main sama kakak aja ya “
Dan setelah membersihkan diri, berganti pakaian, lalu beribadah dan kemudian makan, aku pun mengajak adikku bermain lempar bola di halaman depan rumah kami yang lumayan lapang. Dan saat itu aku melihatnya dengan ekor mataku. Dia masih sama seperti sebelumnya, tetap berdiri di balik pintu. Saat ku lihat, sepertinya dia sedang mengawasiku bermain dengan adikku. Sepertinya dia tertarik dan ingin bergabung. Segera saja aku beranikan diri melangkah menuju rumahnya dan mendekati gadis itu. Dia pun segera sadar lalu mundur perlahan bersembunyi di balik pintu rumahnya.
“ Hai, aku Dino. Sepertinya kamu sendirian. Ayo ikut bermain bersamaku dan adikku. ndak usah takut “ ajakku sembari menunjuk adikku yang melambaikan tangannya.
Agak lama gadis itu mematung di depanku, dan setelah aku ulangi ajakanku, dia pun akhirnya mengangguk dan berjalan mengikutiku menuju halaman rumahku. Dan kami bertiga mulai bermain lempar bola. Dan sekilas aku lihat seulas senyum terlukis di bibirnya. Kami bermain hingga ibu muncul dari dalam rumah dan menyuruh kami masuk karena hari mulai gelap.
“ Ibu, ini ada Fina ikut bermain bareng aku dan adek “ kataku kepada Ibu yang seketika sadar dengan kehadiran Fina. Oh iya, tadi aku baru mengetahui namanya setelah tadi menanyakannya.
“ Oh nak Fina, anak bu Ratna tetangga depan rumah kita ya “ sahut Ibu seraya mempersilahkan Fina duduk.
Kami berempat pun berbincang-bincang dan tertawa mendengar ocehan adikku yang masih polos itu. Tercetus olehku untuk mengutarakan rasa penasaranku pada Fina tentang keluarganya. Namun setelah aku bertanya, air mukanya berubah. Agak lama dia terdiam dan membuat suasana membeku hingga akhirnya Ibu memecah kesunyian dengan mengajak kami bermain Dakon. Permainan tradisional yang masih sering kami mainkan itu. Kami bermain hingga Ibu Ratna datang dan mengajak anaknya pulang setelah sebelumnya meminta diri pada keluargaku.

* * *
Keesokan paginya, seperti biasa aku berangkat menuju sekolah bersama Blacky, sepeda motor kesayanganku. Dan saat berada di depan rumah, lagi-lagi aku melihatnya berada di balik pintu rumahnya dan menatap kosong ke depan. Hm,, rasanya sedih sekali aku melihatnya begitu. Tak lama, aku segera meluncur menuju sekolah. Sesampainya di sekolah aku mendapati Ibu Ratna berada di depan kantor guru bersama Bu Santi, wali kelasku. Penasaran, aku pun berusaha mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.
“ Ibu, saya harap dia bisa mengikuti pelajaran di sekolah ini dengan benar dan bisa berkomunikasi dengan teman-teman barunya nanti. Mohon bimbingannya ya bu “ ujar Bu Ratna dengan wajah memohon.
“ Iya bu, saya akan berusaha membantu semampu saya “ sahut Bu Santi dengan anggukan dan bersalaman dengan Bu Ratna sebelum pergi.
Samar-samar aku mendengar percakapan mereka dan mencoba menerka siapa yang mereka bicarakan. Kemudian aku segera berlalu sebelum mereka melihatku.

* * *
Hari ini aku berangkat sekolah lebih awal, saat sekolah masih sepi aku sudah berada di gerbang sekolah. ( sekalian saja aku menggantikan Pak Tono, satpam sekolah yang menjaga gerbang.) hari ini aku sengaja menunggu kedatangan seseorang yang aku coba tebak kemarin. Dan benar saja, 10 menit sebelum bel masuk berbunyi aku melihatnya diantara kerumunan siswa-siswa yang berebut memasuki sekolah. Aku mengawasinya dari jauh dan mengendap-endap di belakangnya hingga dia sadar ada seseorang yang membuntutinya. Lalu berhenti melangkah,
“ Hei kenapa kamu mengekor di belakangku? “ tanyanya kesal.
“ Eh,,hm,,ya tadi aku ndak sengaja lihat kamu dan aku ikuti. Eh kamu pindah ke sekolah ini ya?”
“ Iya “ jawabnya singkat dan kembali melangkah menuju ruang kelasku.
Tak lama kemudian wali kelasku memasuki kelas dan seperti tebakanku, Bu Santi memperkenalkan Fina sebagai siswa baru di kelas.

* * *
Sepulang sekolah, aku menawari Fina untuk pulang bersama. Awalnya dia menolak, namun karena aku yang tidak menyerah selalu membujuknya untuk ikut bersamaku, akhirnya dia pun menerima ajakanku. Dan begitulah setiap hari aku dan Fina selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Aku juga sering mengajaknya jalan-jalan di taman kota untuk menghiburnya saat dia berada di balik pintu dengan tatapan kosongnya itu.
Namun meskipun aku sudah lebih dekat dengan teman baruku itu, Fina tetap tidak menceritakan apa yang terjadi dengannya dan keluarganya sehingga membuatnya selalu sedih.
Hingga pada suatu pagi yang mendung, aku melangkah keluar rumah dan berharap melihatnya berada di balik pintu rumah seperti biasanya. Namun saat aku mendapati keadaan rumahnya kosong, dengan pintu tertutup rapat, semangatku pagi itu meredup dan aku merasa langit kian gelap dan turunlah hujan deras yang seakan mengerti perasaanku.

* * *
Seharian aku merasa sangat lesu, tak ada semangat sedikitpun yang tersisa, hingga Ibu menyadari perubahan yang terjadi pada anaknya ini. Ibu mulai mendekatiku dan duduk di sampingku.
“ Din, kamu kenapa? Sakit ya? Kok lemas gitu? “ ujar Ibu sembari menempelkan punggung tangannya di dahi ku.
“ hm,,ndak apa-apa kok bu “ sahutku sebiasa mungkin.
“ pasti karena Fina pergi ya? Ya to? “
“ hm,, ya bu kok tahu? “
“ lha wong tadi Fina sama Bu Ratna pamit sebelum pergi sama Ibu, malah sempat cerita sama ibu kok “
“ oh iya ta bu? ceritanya gimana? “ aku pun bersemangat untuk mulai mendengar penuturan Ibuku.
“ Dua tahun yang lalu, waktu Keluarga Fina belum pindah kesini, mereka tinggal di desa. Dulu hidup keluarga itu bahagia meskipun uangnya pas-pasan. sampai suatu hari Fina tiba-tiba sakit parah dan terpaksa dibawa ke puskesmas tapi karena puskesmas ndak mampu nangani, Fina dibawa ke rumah sakit. Setelah dibawa kerumah sakit, ternyata dia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan penyakitnya itu. Tapi karena orang tuanya ndak punya uang, dan operasinya harus segera di lakukan sebelum dia tak tertolong, ayahnya berusaha meminjam uang kesana kemari tapi tetap saja uangnya kurang. Dan terpaksa ayah Fina mencuri emas di toko emas tempat ayahnya bekerja. Dan setelah operasi selesai dengan lancar, Fina sembuh dan mereka kemudian pergi jauh sebelum ayahnya ditangkap. Mereka akhirnya tinggal sementara di rumah di depan rumah kita itu.
Tapi baru beberapa bulan tinggal disini, akhirnya polisi menemukan mereka dan yang kamu ingat setahun lalu itu banyak polisi kemari dan menangkap ayah Fina. Setelah ayahnya tertangkap polisi, Fina dan Ibunya pergi dari sini dan tinggal di rumah teman Ibunya. Dan setahun kemudian, ya sekarang ini mereka balik lagi tinggal disini karena Pak RT yang nawarin. Pak RT kasihan melihat Fina dan Ibunya ndak punya tempat tinggal.
Adik Ibu Ratna dan saudaranya tinggal di luar pulau jadi sekarang mereka milih tinggal sama saudaranya yang di luar pulau itu. Ibu Ratna bilang ndak enak lama-lama ngerepotin Pak RT kalau tinggal disini terus. Oh iya, Ibu Ratna bilang, kalau anaknya selalu ada di balik pintu itu karena Fina merasa bersalah banget sama ayahnya, dia berharap ayahnya segera bebas dari penjara jadi dia selalu nunggu kedatangan ayahnya di balik pintu itu. Nah gitu ceritanya Din, sudah ndak usah sedih terus, mereka pasti baik-baik saja “ tutur Ibu panjang lebar seraya menepuk pundakku dan bangkit dari duduknya dan melangkah ke dapur.
Oh,jadi begitu ceritanya. Akhirnya aku mengerti apa yang selama ini Fina sembunyikan dan aku mengerti perasaannya.
Setiap hari aku masih berharap dapat menemukan Dia berada di balik pintu rumah itu dan aku ingin mengajaknya bermain. Tapi setiap hari itu pula aku tetap tak dapat melihat batang hidungnya, atau kabarnya sekalipun. Hari demi hari berlalu, musim pun berganti, dia tak kunjung muncul juga. Fina si gadis di balik pintu itu menghilang bagai ditelan bumi dan mungkin aku tak akan melihatnya lagi. Namun aku masih berharap dapat melihat senyumnya suatu hari nanti dan aku berharap dia dapat bahagia dimanapun dia berada bersama keluarganya.

“ Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain. “

“ Jangan sesali apa yang sudah pergi, Jangan pula tangisi apa yang sudah tiada, tetapi bangkitlah dan bina kembali apa yang telah hilang dan pergi. “

* * *
Redaksi

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.