Oleh : Gusti Trisno
Selalu ada cara baru dalam menyikapi segala persoalan hidup, ibarat dua keping uang logam, ada gambar garuda, dan penunjuk nominal. Setiap sisi memiliki makna, bergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Begitu juga dalam menuntut ilmu.
Ada banyak orang yang begitu haus akan ilmu, namun tak jarang ada pula orang yang mengesampingkan ilmu. Contoh kecil saja, di sebuah desa terdapat seorang petani dengan luas lahan yang berhektar-hektar, dan ia memiliki anak yang baru saja lulus SMA. Kebanyakan petani tersebut memilih untuk mengurus sawahnya bersama sang anak, dibanding menguliahkannya (tidak semua lho :D). Benerkah hal demikian? Kadang saya juga risih melihat beberapa orangtua yang dengan gampangnya mengatakan mereka tidak mampu untuk menyekolakan anaknya, sementara pakaian dan perhiasan yang digunakannya begitu menyilaukan mata.
Padahal anak adalah investasi orangtua di masa depan, memang butuh banyak motivasi dan semangat menuntut ilmu. Mungkin kita masih ingat kisah Raeny, seorang anak tukang becak yang berhasil menjadi lulusan terbaik di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Mahasiswi penerima beasiswa Bidik Misi yang mengambil Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE)) itu, berangkat ke lokasi wisuda dari indekosnya diantar ayahnya dengan becak. Meskipun ia mendapat sindiran yang luar biasa, tapi ia masih semangat untuk terus kuliah. Bahkan ia pun ditawari kuliah S2 di luar negeri. Subhanallah.
Kisah Raeni ini mengingatkan kita, bahwa sejatinya ilmu itu tidak diwariskan tapi diperoleh dari proses PEMBELAJARAN. Dibutuhkan banyak motivasi dalam menuntut ilmu. Motivasi terbesar itu kita bisa ambil dari orangtua. Ya, orangtua. Cukup dengan membayangkan wajah teduh ibu dan wajah lelah ayah, semua rintangan dalam menuntut ilmu bisa kita lawan.

"Al-Ilmu nurun wa nurullahi la yuhda li ashin"
Sesungguhnya ilmu adl cahaya, dan cahaya Allah tidak akan datang kepada seseorang yang berbuat maksiat. Begitu kata Guru Bijak Imam Syafi’I.
Se instans-instannya mie instan masih butuh proses. Prosesnya itu meliputi, menunggu air mendidih, menaruh bumbu-bumbunya di piring dan lain-lain. Apalagi untuk kesuksesan hidup seseorang. Di dalamnya penuh ujian, tangisan, tawa semua silih berganti. Dan dengan ilmu yang kita punya, kehidupan akan jauh lebih terang. Ingat ilmu adalah cahaya. Kehidupan akan berhenti jika tidak ada cahaya di sana. Kehidupan tanpa cahaya akan dipenuhi dengan kegelapan dan kesesatan.
sangat mencerahkan artikel, sangat menginspirasi
BalasHapus